Mindfulness.
Istilah yang sekarang bisa dibilang ngehits banget ya?
Saya jadi teringat, zaman masih kuliah dan ikut kelas vokal untuk keperluan mengolah suara sebagai voice talent, mentor waktu itu selalu bilang, SADAR BETUL. Maksudnya, kita perlu sadar betul dengan apa yang kita ucapkan hingga proses saat mengeluarkan suara.
Ternyata istilah ‘sadar betul’ yang saya kenal hampir 20 tahun lalu, beberapa tahun terakhir mengemuka dengan kata ‘berkesadaran penuh’ atau mindfulness.
Ya, sometimes, kita lupa untuk menegakkan ‘kesadaran’ kita sendiri. Buktinya apa?
Kita bisa menyadari bahwa kita sedang tidak berada di fase mindful ketika merasa mudah terjebak dalam reaksi spontan tanpa berpikir jernih, seperti meledak-ledak saat emosi muncul atau terus-menerus merasa cemas akan masa depan.
Pikiran kita sering melayang ke banyak hal sekaligus tanpa benar-benar fokus pada apa yang sedang dikerjakan, sehingga sulit menikmati momen saat ini. Tubuh pun sering memberikan sinyal, seperti merasa lelah tanpa sebab yang jelas atau mengalami ketegangan tanpa disadari.
Selain itu, kita cenderung menjalani aktivitas secara autopilot, sekadar mengikuti rutinitas tanpa benar-benar memahami apakah hal tersebut masih selaras dengan kebutuhan dan nilai-nilai kita. Akibatnya, kita merasa mudah stres, kehilangan makna dalam aktivitas sehari-hari, dan sulit menemukan ketenangan dalam diri.
Kenapa saya tertarik belajar mindfulness lebih dalam? Tidak lain, tidak bukan, karena saya mengalami sendiri bagaimana merasa bukan diri saya lagi. Sangat sulit rasanya mengendalikan diri. Emosi terlalu mudah tertarik ke arah negatif. Bahkan terburuknya, melepaskan beberapa karir yang sebenernya merupakan bakat dan minat yang saya miliki. Bertahun-tahun terjebak dalam fase suram yang membuat saya tidak mampu beraktivitas secara produktif.
Mengapa kita perlu mindful?
Mindfulness, atau berkesadaran penuh, bukan hanya sekadar tren, tetapi kebutuhan yang esensial dalam kehidupan modern. Banyak dari kita sering menjalani hari-hari dengan mode autopilot, tanpa benar-benar menyadari apa yang sedang kita lakukan. Mindfulness membantu kita kembali ke saat ini, memberikan kesadaran penuh terhadap pikiran, perasaan, dan tindakan. Berikut beberapa alasan mengapa kita perlu menjadi lebih mindful:
1. Mengurangi Stres dan Kecemasan
- Kita lebih mampu menerima keadaan yang ada tanpa reaksi berlebihan, sehingga stres dapat berkurang secara signifikan.
2. Membantu Mengelola Emosi dengan Lebih Baik
- Ketika kita sadar penuh terhadap emosi yang muncul, kita bisa merespons dengan lebih bijak, bukan hanya bereaksi secara impulsif.
3. Meningkatkan Konsentrasi dan Produktivitas
- Dengan berlatih mindfulness, kita dapat melatih otak untuk lebih fokus pada satu tugas dalam satu waktu, mengurangi distraksi, dan meningkatkan efisiensi kerja.
4. Membantu Pengenalan Diri dan Penerimaan Diri
- Dengan mengenali diri sendiri, kita bisa lebih menerima kelebihan dan kekurangan, tanpa terlalu keras menghakimi diri sendiri.
5. Meningkatkan Kualitas Hubungan dengan Orang Lain
- Saat benar-benar hadir dalam percakapan, kita bisa mendengarkan dengan lebih baik, memahami orang lain dengan lebih empati, dan mempererat hubungan.
6. Membantu Menikmati Hidup dengan Lebih Sadar
- Hidup di masa kini memungkinkan kita merasakan kebahagiaan dari hal-hal sederhana, seperti menikmati makanan, mendengar suara anak tertawa, atau merasakan angin sepoi-sepoi.
Mindfulness bukan sekadar teknik meditasi, tetapi cara hidup yang membawa kejernihan dalam setiap aktivitas yang kita lakukan. Dengan menjadi lebih mindful, kita dapat menjalani hidup dengan lebih sadar, lebih sehat secara mental, dan lebih terhubung dengan diri sendiri serta orang-orang di sekitar kita.
Apalagi mengingat peran sebagai Ibu, mindful adalah hal yang sangat-sangat dibutuhkan. Gara-gara tidak bisa kontrol dengan baik, seorang ibu bisa berpotensi melakukan hal-hal yang menyakiti orang lain dan juga dirinya sendiri. Menyakiti baik itu secara jiwa maupun raga. Ngeri, ya?
Bahkan saya pribadi, pernah berada di masa sangat tidak proporsional secara kesadaran. Terlalu sering membentak dan mengancam anak, yang pada akhirnya memang disesali, tapi diulangi lagi. Nah, inilah kenapa, sebagai Ibu pun, sangat perlu untuk memanage diri supaya tiap keputusan yang dilakukan, dilakukan dengan kesadaran penuh.
Mengapa Talents Mapping Bisa Disebut Sebagai Tools Minat Bakat Paling Mindful?
-
Berbasis Kekuatan (Strength-Based Approach)
Talents Mapping menggunakan pendekatan yang berfokus pada kelebihan dan potensi seseorang, bukan pada kelemahan. Dengan memahami kekuatan alami, seseorang dapat lebih percaya diri, menerima dirinya sendiri, dan mengoptimalkan potensinya tanpa terus berputar-putar dalam perasaan tidak cukup baik. -
Real “State of Mind”
Talents Mapping tidak hanya mengukur keterampilan, tetapi juga bagaimana seseorang merasa saat melakukan suatu aktivitas. Ketika diisi dengan jujur, hasilnya mencerminkan pola pikir, perasaan, dan perilaku yang paling nyaman, sehingga membantu seseorang mengenali kondisi terbaiknya dalam bekerja dan beraktivitas. -
Membangun Self-Awareness
Dengan memahami aktivitas yang meningkatkan energi dan yang menguras energi, seseorang dapat mengatur kesehariannya dengan lebih bijak. -
Membantu Proses Penerimaan Diri “Self-Acceptance”
Talents Mapping mendukung prinsip mindfulness dengan membantu seseorang menerima dirinya sendiri apa adanya tanpa perasaan kurang atau ingin menjadi orang lain. Dengan memahami keunikan dan pola alami diri, seseorang dapat merasa lebih damai, percaya diri, dan tidak serta merta membandingkan diri dengan orang lain. -
Memandu Pengambilan Keputusan yang Lebih Selaras dengan Diri
Kesadaran diri yang didapat dari Talents Mapping memungkinkan seseorang mengambil keputusan yang lebih mindful dalam kehidupan pribadi, pendidikan, maupun karier.
Pengalaman Pribadi: Lebih Mindful Menjalani Peran Ibu Dengan Talents Mapping
Menjalani peran sebagai ibu selama hampir 18 tahun, membuat saya menyadari, bahwa sebenarnya anak butuh ibu yang utuh. Wajarlah, ketika suatu hari, my only anak wedhok bilang, menginginkan saya supaya menjadi pribadi yang dulu dirasakannya. Ibu yang ceria, ibu yang semangat.
Kehilangan kendali atas kesadaran diri, serta merta memang langsung memangkas percaya diri yang sudah menjadi ciri khas saya sejak zaman sekolah. Merasa apapun yang saya lakukan, salah, meyakini bahwa apapun yang saya kerjakan, gagal.
Keterpurukan berlarut ini, terjawab setelah saya mengikuti Pelatihan Talents Mapping Basic, di bulan Juli 2024. Saya mendapatkan seluruh kehidupan saya kembali, setelah paham benar dengan bakat-bakat kuat yang mendominasi.
As we know, bakat kuat, adalah bakat yang otomatis selalu muncul, tanpa perlu kita panggil-panggil, tanpa perlu kita cari-cari. Bahayanya selain bisa jadi the real kekuatan, nyatanya bisa jadi penghambat yang menahan laju kehidupan.
Alhamdulillah, Talents Mapping really changes my life. Awalnya pun saya pikir, dengan paham urutan bakat, hanya rekomendasi aktivitas produktif saja yang didapatkan. Ternyata, saya mendapatkan lebih dari itu.
Abah Rama Royani, selaku penemu Talents Mapping, menegaskan bahwa Talents Mapping ini bukan terapi, tapi yang saya rasakan sangat berbeda. Saya justru mengalami transformasi luar biasa terutama dalam hal pengelolaan emosi. Ya, tentu saja, ini bukan semata-mata 100% karena Talents Mapping, tapi juga ada pengaruh pernah mengikuti Sertifikasi Hypnotherapy dan NLP pada tahun 2011-2012.
Talents Mapping seperti pelabuhan terakhir atau bisa dibilang sebagai kunci yang membuka seluruh potensi yang sudah saya sadari ataupun belum.
Saya tidak bilang, bahwa Talents Mapping adalah tools minat bakat yang paling mindful, tapi inilah pengalaman yang saya rasakan.