Blog, tanpa disangka, ternyata menjadi salah satu tempat ternyaman untuk mengekspresikan beragam kata. Sejak mengenalnya pada tahun 2005, saya merasakan bagaimana menulis di blog bisa menjadi ruang pribadi untuk berbagi pemikiran dan pengalaman.
Dari sekadar catatan harian hingga refleksi mendalam tentang kehidupan, blog menjadi tempat di mana saya bisa menuangkan pikiran tanpa batas. Seiring waktu, menulis di blog bukan hanya menjadi kebiasaan, tetapi juga cara untuk merapikan isi kepala, mendokumentasikan perjalanan, dan terkadang, menemukan diri sendiri dalam setiap kata yang tertulis.
Pasang Surut Ngeblog
Saat itu, saya masih bekerja di Trans TV Jakarta. Saya mengagumi tulisan-tulisan di sepatumerah.com—sayangnya, blog itu sekarang sudah tidak ada. Dari sana, saya terinspirasi untuk membuat blog sendiri di Blogspot. Di sela padatnya pekerjaan sebagai crew televisi, saya mencoba menulis, meskipun akhirnya hanya bertahan satu atau dua postingan saja. Saya bahkan tidak lagi ingat nama blog tersebut, tetapi yang masih melekat dalam ingatan adalah betapa menulis di blog membutuhkan fokus tersendiri. Ide dan isi pikiran tidak bisa mengalir begitu saja tanpa latihan dan konsistensi.
Baru pada tahun 2009, saat pindah ke Kalimantan mengikuti suami yang bertugas di sana, saya mulai menemukan kecintaan terhadap dunia blog. Saya belajar SEO, hingga blog saya bisa mendatangkan ribuan pengunjung. Bahkan, karena lonjakan traffic, saya harus meng-upgrade bandwidth. Blog pertama saya yang menggunakan domain adalah mylifemylearning.com, yang waktu itu cukup serius saya kelola hingga menerima berbagai postingan endorse, kebanyakan dalam bahasa Inggris.
Ketika kembali ke Jogja, fokus saya mulai bergeser ke bisnis batik. Blog pun perlahan ditinggalkan, bahkan saya memutuskan untuk tidak memperpanjang domainnya. Namun, keinginan untuk kembali menulis tidak pernah benar-benar padam. Tahun 2011, saya kembali membeli domain baru, innaistantina.com. Blog ini menjadi rumah baru bagi tulisan-tulisan saya. Namun, sekitar tiga tahun lalu, saya mengalami masa-masa sulit dalam kesehatan mental. Dalam kondisi yang tidak stabil, saya memutuskan untuk tidak memperpanjang domain tersebut tanpa banyak pertimbangan.
Tentu, ada penyesalan. Bukan hanya karena kehilangan blog yang sudah berusia hampir sebelas tahun, tetapi lebih pada ketidakmampuan saya saat itu dalam mengelola emosi. Setelah melalui berbagai proses untuk bangkit kembali, saya mulai terpikir untuk kembali menulis. Awalnya, saya mencoba aktif di blog emakeksis. Namun, seiring dengan perjalanan membangun personal branding sebagai seorang Praktisi Talents Mapping, saya akhirnya memutuskan untuk mengaktifkan kembali domain innaistantina.com.
Perjalanan saya dalam dunia blogging bisa dibilang panjang dan penuh dinamika. Tidak sedikit blogger lain yang akhirnya berhenti menulis karena berbagai alasan, entah kesibukan atau faktor finansial—terutama bagi pengguna platform WordPress yang memerlukan biaya tahunan yang tidak sedikit.
Namun, bagi saya, blog bukan sekadar tempat menulis. Blog adalah bagian dari perjalanan hidup, catatan dari berbagai fase yang telah dilewati. Ada momen-momen yang mungkin terlupakan, tetapi tetap tersimpan dalam jejak digital. Dan kini, setelah berbagai lika-liku, saya kembali menemukan kenyamanan dalam menulis. Karena pada akhirnya, blog bukan hanya tentang berbagi dengan orang lain, tetapi juga tentang mengenali dan memahami diri sendiri lebih dalam.
Ternyata, Ngeblog itu Kebutuhan Bakat Communication Kuat
Bakat communication adalah kemampuan yang dimiliki seseorang dengan kecenderungan mudah untuk berbicara, menyampaikan pesan baik itu secara lisan maupun tertulis.
Setelah ikut Talents Mapping Assesstment di bulan Juli 2024, saya mendapati bahwa ternyata menulis adalah salah satu kebutuhan penting buat seseorang yang punya bakat communication kuat.
Well, ini artinya, saya sebagai bakat communication kuat nomor 1, memang sangat memerlukan menuangkan tumpukan kalimat. Saya jadi tersadar, kenapa secara mental saya benar-benar makin terpuruk saat memutuskan tidak menulis lagi. So far, saya memang lebih nyaman menulis di blog tau ngeblog dibanding menuangkan kata-kata dengan tulisan tangan.
Menulis di blog memberi saya ruang yang lebih luas untuk mengekspresikan memori dan pikiran dibandingkan menulis di jurnal fisik. Ada kebebasan dalam mengetik di keyboard, alur kata mengalir tanpa hambatan, seolah-olah jari-jari saya mampu mengejar kecepatan pikiran yang terus berputar.
Ketika saya sempat berhenti menulis, ada sesuatu yang terasa hilang. Kepala saya penuh dengan ide dan kata yang ingin disampaikan, tetapi tanpa wadah untuk menuangkannya, semuanya menumpuk dan terasa sesak. Saya mulai merasa tidak produktif, kehilangan arah, bahkan secara mental terasa lebih mudah lelah dan stres. Rupanya, menulis bukan sekadar hobi atau kebiasaan, melainkan kebutuhan utama untuk menjaga keseimbangan emosi.
Sejak menyadari hal ini, saya mencoba kembali membangun kebiasaan menulis. Tidak harus panjang atau selalu bermakna besar, yang penting adalah konsistensi dalam menuangkan isi pikiran.
Ngeblog, Ruang Ekspresi yang Lebih Asyik daripada Sosial Media?
Di era digital ini, banyak orang lebih memilih menulis di media sosial dibandingkan blog. Platform seperti Instagram, Twitter, dan Facebook menawarkan kemudahan dalam berbagi cerita secara instan. Namun, bagi saya, ngeblog tetap menjadi ruang ekspresi yang lebih asyik. Mengapa? Karena blog memberikan kebebasan yang sulit ditemukan di media sosial.
Pertama, blog memungkinkan menulis tanpa batasan karakter. Di Instagram, tulisan sering kali harus mengikuti estetika visual agar menarik. Di Facebook, meski bisa menulis panjang, algoritma sering kali menentukan apakah tulisan kita akan muncul di beranda orang lain atau tidak. Sementara itu, blog memberi saya ruang seluas-luasnya untuk mengekspresikan diri tanpa khawatir terpotong oleh batasan karakter atau algoritma yang menghambat jangkauan pembaca.
Kedua, blog menawarkan pengalaman menulis yang lebih mendalam. Menulis di media sosial sering kali bersifat spontan dan cepat, sementara ngeblog memberikan kesempatan untuk lebih reflektif. Saya bisa menulis dengan tenang, melakukan riset lebih dalam, dan mengembangkan ide tanpa tergesa-gesa. Blog memungkinkan saya menggali perasaan dan pemikiran secara lebih menyeluruh, tidak hanya sekadar update singkat yang segera tertimbun oleh postingan lain.
Selain itu, blog ibarat buku harian digital yang bisa saya baca ulang kapan saja. Bahkan, beberapa tulisan lama sering kali masih relevan bertahun-tahun setelah dipublikasikan.
Hal lain yang membuat ngeblog lebih asyik adalah kebebasan dalam mendesain tampilan. Di media sosial, kita harus mengikuti format yang sudah ditentukan oleh platform. Sementara itu, blog memberi kebebasan untuk memilih tema, warna, dan tata letak yang sesuai dengan kepribadian kita. Dengan begitu, blog benar-benar terasa seperti rumah digital yang mencerminkan diri kita.
Tentu, media sosial tetap memiliki keunggulan dalam hal interaksi cepat dan jangkauan luas. Namun, jika berbicara tentang ruang ekspresi yang lebih bebas, mendalam, dan personal, blog masih menjadi pilihan yang lebih menyenangkan. Jadi, meskipun media sosial semakin berkembang, saya tetap merasa bahwa ngeblog adalah cara terbaik untuk mengekspresikan diri secara autentik dan tanpa batas.
Pada akhirnya, menulis di blog menjadi cara asyik untuk terus belajar dan mengasah kemampuan komunikasi tertulis. Bukan sekadar menuangkan pikiran, tapi juga melatih cara menyusun argumen, memilih kata yang pas, dan menyampaikan ide dengan lebih jelas. Blog bisa jadi tempat latihan yang membantu memahami cara berkomunikasi dengan lebih baik, bukan hanya ke pembaca, tapi juga sebagai refleksi diri.
Selain itu, ngeblog membuka peluang untuk terhubung dengan lebih banyak orang. Setiap tulisan yang dipublikasikan bisa jadi awal dari diskusi menarik, ruang berbagi pengalaman, atau bahkan cara membangun komunitas dengan mereka yang memiliki ketertarikan serupa. Ngeblog bukan cuma tentang menulis untuk diri sendiri, tapi juga menciptakan percakapan yang bermakna.
Dengan bakat communication yang kuat, ada dorongan alami untuk berbagi wawasan dengan cara yang lebih rapi dan mendalam. Blog memberikan ruang untuk itu, tempat menata ide dengan lebih terstruktur, membahas topik secara lebih detail, dan merangkai tulisan agar lebih nyaman dibaca. Menulis secara konsisten bukan hanya menjadi bentuk ekspresi, tetapi juga cara berbagi nilai dan manfaat dengan lebih luas.
Ngeblog memberi kesempatan untuk berbicara tanpa gangguan, didengar tanpa perlu berteriak, berbagi memori dan inspirasi. So, here I am, bertahan menulis di blog.