Di tengah beberapa deadline yang belum selesai, si Bakat Ideation kuat ini perlu mengurai tumpukan ide yang tampaknya perlu ditata kembali, biar gak saling bertubrukan terutama secara “feelings”.
Seperti hari ini, saat menuliskan postingan ini, rasa membuncah dalam dada. Begitu banyak planning di kepala, yang bikin excited sekaligus khawatir. Di satu sisi bilang, “Ya, bisa kok Na”. Di sisi lain, “Apa gak terlalu banyak, Na? Ayo lah fokusin dulu satu-persatu”.
Voice Over
Ya, saat ini, saya memang sedang membangun kembali network di bidang yang pernah saya jalani dan akhirnya off setelah perlu adaptasi dengan banyak hal pasca pindahan dan melahirkan lagi. Ada 2 hal yang membuat saya ragu:
- Bisakah saya meninggalkan Aga di rumah dengan bibik sementara saya harus pergi ke studio buat rekaman voice over? Mengingat studio lokasinya lumayan jauh. At least, saya perlu meninggalkan Aga selama 5 jam. Sanggupkah saya? Bisakah saya memberikan kepercayaan ke bibik yang kerjanya memang biasanya hanya mengurus rumah saja?
- Beberapa bulan terakhir ini, saya cukup sering kena flu. Baru sembuh 1-2 minggu, entah itu si gejala flu atau batuk datang lagi. Badan meriang. Dengan kondisi ini, apakah voice over tetap bisa saya jalani dengan baik, secara kegiatan pengisi suara ini butuh kondisi fisik yang amat sangat prima. Well same question, sanggupkah saya?
Ok, itu ragunya kan Na? Sekarang tarik lagi ke belakang, kenapa pengen lanjutin lagi VO yang sudah gak disentuh selama sekitar 4 tahunan? Jujurly, secara cuan, lumayan sih! Haha! Tapi ternyata sekarang itu VO talent makin banyak, dan makin ngaco pasang ratecardnya. Masa VO dihargai 10ribu aja per take itu pada mau????!!
Read Aloud Class
Nah ini nih, yang fresh from the oven. Sebenarnya ide sudah cukup lama ada. Bahkan masuk ke dunia VO lagi juga salah satunya supaya bisa relate ke Montessori, Talents Mapping dan tentunya gimana cara read aloud ala mantan penyiar radio yang VO talent ini.
Untuk rencana read aloud, saya sudah menggandeng Bu Venny, salah seorang teman di Talents Mapping juga, yang ternyata Masya Allah dengan bakat command kuatnya, bisa amat sangat membantu “mengaktifkan” si ideation yang seringnya mentok di rencana tanpa eksekusi ini. Bahkan tanpa saya duga, Pak Dar dari Talenta Tracker juga menawarkan kerjasama untuk program ini.
Update tentang ide ini, bakal saya share juga melalui blog ya, karena memang baru digodok baik itu materi maupun konsepnya bakal seperti apa.
Talents Mapping
Nah ini yang kadang bikin saya suka heran. Misal nih ya, ketika berusaha serius buat aktif di VO, suka tetiba datang aja klien yang ingin konsultasi minat bakatnya atau anaknya. Seperti besok ini, adalah deadline saya kirim proposal untuk sebuah sekolahan yang ingin mendapatkan insight minat bakat anak-anak muridnya. Semacam program assessment, supaya pemilihan ekskul lebih tepat sasaran. Begitu juga dengan tetiba ada seorang teman yang dulu pernah TMA ke saya, mendadak ingin ikut personal coaching untuk mengurai resahnya. Ini seperti, Allah menarik saya ke sini lagi dan lagi. Padahal jujur, saya masih merasa gak pede dengan keahlian saya sendiri di bidang Talents Mapping ini. Bukan di ilmunya tapi justru melihat para senior yang sudah terjun terlebih dahulu.
Sejauh saya analisa, tidak ada yang LDM pernikahannya seperti saya. Bahkan ada yang suaminya sampai resign demi berkumpul dengan keluarga. So far, inilah yang paling mengganjal. Meski ada saran, gimana kalo saya justru sharing tentang perjuangan LDM ini di sosial media. Sementara saya pribadi, masih menimbang-nimbang lebih semangat mana nih, “ngurusin ortu” atau “ngurusin anak” kalo dikaitkan dengan produktivitas sesuai minat bakat. Setelah dirasa-rasa, keduanya bikin saya semangat. Apa keduanyakah? Mampukah saya handle dua sisi tersebut? Apakah memang ini jalan yang sebaiknya saya tempuh? Apakah ini yang akhirnya Allah tunjukkan solusi dari segala kebimbangan selama ini? Seperti yang pernah diucapkan Teh Elma, “Mbak Inna nantinya bisa menghadapi klien dari usia berapa saja, sesuai dengan pengalaman hidup yang sudah didapatkan”.
Bahkan di sesi dengan Pak Dar, saya sempat bilang, kadang merasa mutitalenta itu melelahkan, karena sulit mau fokusin yang mana. Dengan bijaknya beliau bilang, ” Justru dengan menguasai dan belajar banyak hal itu mbak, jadi kaya wawasannya, akan terdevelop menjadi lebih kuat”.
Nyatanya yang membuat saya burnout bukan karena ide yang banyak, tapi ketidakmampuan saya membreakdown prioritasnya. Padahal kalo dikerjakan satu persatu, akhirnya juga selesai. Menerima dulu segala berkah dari Allah berupa limpahan ide, ini adalah yang paling penting dan utama.
Ya, aku terima kalo aku punya banyak limpahan ide. Hey, gak semua orang loh punya anugerah seperti ini. Inget lagi kalimat dari salah satu mentor, bahwa sukses itu justru ketika kita melakukan hal kecil tapi hasilnya besar. Ide-ide yang ditata hari ini, sedang menuju kesana. It’s okey, kalau hari ini masih merasa kesulitan mengaturnya, namanya juga bakat arranger kuat, suka banget sih kalo berantakan dulu, baru tertantang buat merapihkan jadi lebih baik.
Bakat ideation kuat adalah sebuah karunia luar biasa. Melalui inilah, aku bisa mengembangkan diriku, being a better person, better mom, better wife.
This is me. Huge of ideas. Huges of plans.